DASAR-DASAR MEMETAKAN GOA HORIZONTAL DAN VERTIKAL
Speleologi adalah ilmu
yang mempelajari goa dan lingkungannya. Goa yang berarti lorongan
beserta isinya, sedangkan lingkungan adalah segala sesuatu yang ada
disekitar goa atau dengan kata lain kawasan karst beserta kehidupan
disekelilingnya. Penelusuran goa (caving) pertama kali berkaitan erat awal mula berkembangnya ilmu speleologi. Ada beberapa sejarah menyebutkan:
1670 – 1680 Baron John Valsavor dari
Slovenia yang pertama kali melakukan deskripsi terhadap 70 gua dalam
bentuk laporan ilmiah lengkap dengan komentar, peta, dan sketsa sebanyak
4 jilid dengan total mencapai 2800 halaman1674 John Beamont seorang ahli Geologi amatir dari Somerset Inggris melakukan pencatatan laporan ilmiah penelusuran Gua sumuran (Potholing) yang pertama kali dan diakui oleh British Royal Society.
1818 Kaisar Habsburg Francis I menjadi orang yang pertama kali melakukan kegiatan wisata di dalam Gua yaitu saat mengunjungi Gua Adelsberg (sekarang Gua Pastonja di eks Yugoslavia)
Secara resmi Ilmu Speleologi lahir pada abad ke -19 berkat ketekunan Eduard Alfred Martel. Hingga kini Edward Alfred Martel disebut Bapak Speleologi Dunia
Dalam menelusuri goa seyogyanya seorang caver dapat mendata serta memetakan goa yang ia telusuri, baik goa vertikal maupun horizontal. Hal ini berguna untuk mendeskripsikan gambaran keadaan secara lebih faktual dan ilmiah, sehingga dapat ditarik kesimpulan secara global dan tepat untuk tujuan lainnya. Di Indonesia sendiri kegiatan speleologi masih terbilang jarang, oleh karenya masih banyak goa yang belum dipetakan. Pendataan dan pemetaan menjadi amat penting untuk menambah database informasi goa-goa di Indonesia.
Dalam memetakan goa (vertikal atau horizontal) terlebih dahulu diperlukan kemampuan dalam menelusuri goa. Untuk penelusuran goa vertikal agaknya lebih sulit karena harus menguasai teknik khusus, yaitu SRT (Single Rope Technicue). Namun untuk pemetaan goa vertikal sering kali lebih cepat dan mudah dibandingkan goa horizontal. Banyak goa di Indonesia yang lorongnya vertical sekaligus horizontal
Gambar1. Teknik pemetaan goa vertical
Gambar2. Teknik pemetaan goa horizontal
ALAT-ALAT PEMETAAN GOA
1. Klinometer : mengukur kemiringan medan
2. Kompas bidik : mengukur arah
3. Roll meter : mengukur jarak kikabatas (kiri, kanan, bawah, atas)
4. Lembar worksheet : mengisi data
5. Lembar description : menggambarkan sketsa goa
6. Alat tulis : perangkat tulis
Klinometer bekerja seperti bandul yang
menggantung kearah pusat gravitasi. Besar ukuran klino (“+” atau “–“)
bergantung pada tinggi rendahnya sasaran yang diukur dari si
penembak(pembaca klino).
Kompas bidik yang digunakan bisa kompas
lensa prisma atau kompas flat namun saya menganjurkan untuk memakai
kompas flat yang sekaligus terdapata Klinometernya. Seperti “Silva
Compass Expedition 15 TDCL”yang telah dilengkapi dengan Klino dan cermin
untuk memudahkan membaca klino ketika membidik objek atau targetman.
Roll meter yang dipakai berbahan flesibel (jangan memakai yg berpita seng). Bahan kedap air atau sejenisnya.
Lembar worksheet
Lembar description
Alat tulis yang dipakai adalah: pensil, karet penghapus, rautan, mistar, dan clipboard.
Catatan: semua perlengkapan berbahan kertas (lembar description dan worksheet sementara) diusahakan yang bahanKalkir, karena sifatnya yang tidak mudah rontok saat terkena air, hanya mengerut saja. Atau jika tidak ada bisa menggunakan kertas Kodak Tris
JOB DALAM MAPING
1. Pembaca alat : membaca besar sudut kompas dan klinometer (penembak)
2. Pencatat data : mencatat besar sudut yang diukur oleh pembaca alat
3. Penggambar sket : menggambar sketsa gua tampak depan (mulut goa, station, pitch, ornament, dll)
4. Obyek tembak : orang yang dikenai sasaran untuk mendapatkan sudut kompas dan klino
5. Pengukur jarak : mengukur ‘long tape’, dan ‘kikabatas’ goa dengan roll meter
6. Pemimpin regu : orang yang memimpin jalannya maping, penentu titik station, pengambil keputusan, dll.
Catatan:
Pembaca alat dan pencatat data harus dekat atau bersebelahan, agar tidak terjadi miss comunication.
Pengukur jarak tidak mutlak ada, bisa dilakukan oleh anggota yang lain.
Long tape : jarak antara pembaca alat (penembak) dengan targetman
Kikabatas : jarak (kiri, kanan, bawah, atas) targetman dengan dinding goa
TAHAP-TAHAP DALAM MAPING
1. Membagi job
Pembagian job disesuaikan potensi yang dimiliki masing-masing individu
2. Kesepakatan pengukuran
Disepakati mana titik/bagian tubuh
yang menjadi sasaran tembak oleh pembaca alat (biasanya dipakai sinar
lampu headlamp), berapa sentimeter jarak antara headlamp(titik tembak)
dengan tanah dalam posisi berdiri, jongkok, dan tengkurap.
3. Menentukan starting point dan posisi tiap surveyor
Starting point atau titik awal
yang digunakan biasanya mulut goa atau teras goa(daerah perpisahan
antara batas gelap dan batas terang). Pada titik ini ditempatkan seorang
penembak/pembaca alat ditemani oleh penggambar sket dan pencatat data.
Targetman ditempatkan beberapa meter didepannya menuju ke dalam
goa(diusahakan pada titik belokan, station, atau pitch). Anggota yang
lain bersiap untuk mengganti peran targetman di plottingan ke dua.
Sedangkan penggambar sket dan pencatat data selau menuju ketitik awal
plottingan yang baru.
4. Melakukan plottingan pertama
Penembak mengukur kompas dan klino
yang diarahkan ke Targetman (sinar headlamp),. Pengukur jarak mengukur
longtape dan “kikabatas” goa dengan roll-meter. Pencatat data mencatat
hasil pengukuran dari penembak dan anggota yang mengukur ‘kikabatas’.
Penggambar sket mencitrakan gambaran dihadapannya ke media kertas dan
menambahkan beberapa keterangan(jarak penembak dengan targetman, posisi
penembak dengan kikabatas, ornament, dll).
5. Melakukan plottingan kedua
Targetman pada plottingan pertama,
berganti peran menjadi penembak di plottingan kedua, namun posisinya
tetap dititik semula. Seseorang menjadi targetman baru yang ditempatkan
beberapa meter kedalam goa dari sang penembak baru. Bisa diganti oleh
penembak awal jika anggota sedikit/kurang (penembak dan targetman saling
bergantian peran). Melakukan pengukuran dan pencatatan seperti pada
plottingan pertama.
6. Melakukan plottingan selanjutnya dan eksekusi
Plottingan selanjutnya dilakukan
sampai batas akhir goa atau sesuai keinginan. Data yang diperoleh
diperbaiki dan disalin ulang secara manual agar rapih. Hasil dari
gambaran goa juga bisa diperoleh dari memasukan data ke beberapa
software pemetaan dan grafik.
KRITERIA PENENTUAN STATION
1. Terjadinya perubahan arah (gambar 1)
2. Perubahan bentuk lorong (gambar 2)
3. Maksimal pengukuran 30 meter (gambar 3)
4. Terjadi perubahan bentuk elevasi ekstreem (gambar 4)
5. Leader sudah tidak dapat terlihat oleh orang kedua (gambar 5)
6. Terdapat ornament atau biota yang unik (gambar 6)
PENGOLAHAN DATA
Data yang telah diambil, kemudian diolah dengan
menggunakan beberapa software grafis atau bisa juga secara manual.
Kelemahan dari software grafis adalah tidak bisa menggambarkan secara
detail struktur permukaan goa, ornament, dan lainnya.
Kelemahan dan kelebihan dari masing-masing cara pengolahan data:
Penggambaran
|
Software Grafis, dll
|
Manual
|
Detail struktur permukaan goa (ornament, dll)
|
-
|
v
|
Ketepatan merepresentasikan fitur titik
|
v
|
-
|
Kemampuan mengakomodasi perubahan gradual
|
-
|
v
|
Kemudahan dalam analisa
|
v
|
v
|
Daftar pustaka
Prihandoko, C. Antonius. Alat Peraga Matematika. Bab Trigonometri/ Klinometer.
Catatan pendidikan dasar dan lanjutan eksplorasi goa dan lingkungannya, HIKESPI 2007
Images from google etc.
No comments:
Post a Comment